KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya, saya dapatmenyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Psikologi Kependudukan yang berjudul ‘MIGRASI´.Tugas ini diharapkan
dapat memberikan pengetahuan kepada para pembaca. Dengan rasahormat, saya
mengucapkan terima kasih kepada :1. Bapak Dr. Achmad Husen, M.Pd, sebagai dosen
pengampu mata Psikologi Kependudukan2.
Teman ± teman program studi PKLH Pasca
Sarjana UNJ.Dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penyusun satu
persatu, yang telahmembantu dan mendukung saya dalam melaksanakan pembuatan
tugas ini.Tugas ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran dari berbagai pihak dalamketerkaitannya dengan perbaikan dari isi tugas
ini sangat saya harapkan dan diucapkan terimakasih.Jakarta,
Maret 2011.Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia
adalah negara
berkembang yang memiliki jumlah dan
pertumbuhan
penduduk yang tinggi,dimana sesuai
hasil sensus penduduk Indonesia 2010 ( SP 2010) yang dilakukan BPS pada tanggal
1 Mei ± 15 Juni2010, dan diumumkan oleh presiden SBY pada pidato kenegaraan
presiden RI tanggal 16 Agustus 2010 disidangparipurna DPR, penduduk Indonesia
berjumlah 237.556.363 orang yang terdiri dari 119.507.580 laki ± laki
dan118.048.783 orang perempuan, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49% per
tahun. Jumlah penduduk yangbesar ini menempati wilayah daratan dengan luas 1.8
juta km² yang merupakan wilayah kepulauan denganperbedaan sentra ± sentra
ekonomi antara satu pulau dengan pulau yang lainnya agak mencolok. Hal inilah
yangmenyebabkan penyebaran penduduknya tidak merata, ada pulau yang sangat
padat penduduknya, namun dilainpihak ada pulau yang sangat jarang penduduknya
dengan persentase penyebaran ditiap
wilayah yaitu . p.Jawa 58%, P. Sumatera 20%, P. Sulawesi 7%, P. Kalimantan 6%,
P. Bali dan Nusa Tenggara 6%, Papua dan Maluku 3%.
Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
adalah tiga provinsi dengan urutan teratas yang berpenduduk terbanyak,
yaitu masing-masing berjumlah 43.021.826 orang, 37.476.011 orang,dan 32.380.687
orang. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah yang
terbanyak penduduknya di luar Pulau Jawa, yaitu sebanyak 12.985.075
orang. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124
orang per km². Provinsi yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah
Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 14.440 orang per km². Provinsi
yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Provinsi Papua
Barat, yaitu sebesar 8 orang per km².
Hal inilah yang menyebabkan masalah
bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan pembangunan dariberbagai aspek. Tidak
meratanya penyebaran penduduk ini dipengaruhi oleh aspek ± aspek kependudukan
sepertikelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk
(migrasi).Migrasi adalah salah satu aspek kependudukan yang dapat meningkatkan
jumlah penduduk, apabila jumlahpenduduk yang masuk ke suatu daerah lebih banyak
daripada jumlah penduduk yang meninggalkan wilayahtersebut. perpindahan
penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui
bataspolitik/Negara ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu
Negara.
Tjiptoherijanto
(2000) menyatakan bahwa migrasi penduduk merupakan kejadian yang mudah
dijelaskan dantampak nyata dalam kehidupan sehari-hari, namun pada prakteknya
sangat sulit untuk mengukur dan menentukan ukuranbagi migrasi itu sendiri. Hal itu
disebabkan karena hubungan antara migrasi dan proses pembangunan yang terjadi
dalam suatu negara/daerah saling mengkait.
Umumnya migrasi penduduk mengarah pada wilayah yang ³subur´ pembangunanekonominya,
karena faktor ekonomi sangat kental mempengaruhi orang untuk pindah. Hal ini
dipertegas lagi oleh TommyFirman (1994),
bahwa migrasi sebenarnya merupakan suatu reaksi atas kesempatan ekonomi pada
suatu wilayah. Polamigrasi di negara-negara yang telah berkembang biasanya
sangat rumit (kompleks) menggambarkan kesempatanekonomi yang lebih seimbang dan
saling ketergantungan antar wilayah di dalamnya. Sebaliknya di
negara-negaraberkembang biasanya pola migrasi menunjukkan suatu polarisasi,
yaitu pemusatan arus migrasi ke daerah-daerahtertentu saja, khususnya kota-kota
besar. Migrasi ini juga merefleksikan keseimbangan penyebaran sumber daya
manusiadari suatu wilayah ke wilayah lainnya.Tinjauan migrasi secara regional sangat penting dilakukan terutama
terkait dengan kepadatan dan distribusipenduduk yang tidak merata, adanya
faktor-faktor pendorong dan penarik bagi penduduk untuk melakukan
migrasi,kelancaran sarana transportasi antar wilayah, dan pembangunan wilayah
dalam kaitannya dengan desentralisasipembangunan.
Menurut sensus penduduk tahun 1990,
ternyata dari seluruh propinsi di Indonesia, tidak satupun yangtidak mengalami
migrasi penduduk, baik migrasi masuk maupun migrasi keluar.
Di Indonesia
dengan alasan pemerataan penyebaran penduduk dan peningkatan pembangunan daerah
sertapeningkatan
kualitas hidup penduduk maka
migrasi ini
disusun dalam suatu kegiatan yang terprogram danterencana yang dinamakan
transmigrasi.
Jabbar dan Rofiq
Ahmad (1993) menguraikan tentang transmigrasi sejak dari zaman kolonisasi
sampai dengantransmigrasi yang berorientasi ekonomi. Pada zaman penjajahan
Belanda, daerah pengalihan penduduk dari Jawa ialah diPulau Sumatera. Tempat yang pertama
kali menjadi daerah tujuan transmigrasi yaitu di sekitar Metro, Lampung.
Setelahmengalami perkembangan, saat ini terus diseimbangkan kepadatan penduduk
Indonesia di setiap pulau. Oleh karena itudisamping
Pulau Sumatera, Pulau lain seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua juga diprogramkan
untuk menerimatransmigran dari Pulau Jawa. Diluar program transmigrasi,
kepadatan penduduk yang memusat di Pulau Jawadikarenakan oleh migrasi penduduk
yang tidak terkendali dan menuju ke Pulau Jawa. Dapat dimaklumi mengapa
PulauJawa sebagai pulau yang menjadi daerah tujuan utama migran dari
pulau-pulau yang lain karena pulau ini merupakantempat pusat perekonomian,
pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pusat kegiatan-kegiatan sosial ekonomi
lainnya,sehingga penduduk dari pulau-pulau diluar Jawa ingin menetap (tinggal)
di Pulau Jawa.Mencermati berbagai kajian dan penelitian tentang migrasi,
termasuk migrasi internasional, salah satu kesan yangmenonjol adalah
kentalnya fokus pada event yang teramati dan terukur. Maksudnya, kajian migrasi
terlalu banyakmengaitkan variabel yang teramati (
observable
), khususnya variabel-variabel sosial
ekonomi, untuk menjelaskanberbagai hal yang terkait dengan migrasi, yang memang
diyakini memiliki dimensi yang kompleks. Akhir-akhir ini adakekhawatiran bahwa kecenderungan ini akan
menyebabkan pendangkalan sekaligus penciutan kajian migrasi meskipundiupayakan
untuk melebarkan konteksnya. Dalam kajian migrasi internasional, misalnya,
permasalahan sering hanyaterfokus pada kaitan antara besarnya ketersediaan
tenaga kerja dan peluang kerja di luar negeri. Atau, besarnya dayadorong dan
daya tarik sebagai penyebab arus migrasi merupakan penjelas paling tepat dalam
menganalisis prosesmigrasi. Dengan kata lain, orang pergi migrasi ke luar
negeri terbatas sebagai respons terhadap stimulus yang ada
Pandangan ini
tidak keliru, tetapi dapat menjebaknya ke dalam
cognitive drones
, hal ini
disebabkan karenamanusia tidak dipandang sebagai makhluk yang memiliki latar
belakang sosial dan budaya dan tidak hidup dalam kontekswaktu dan tempat
tertentu. Migran kurang diperhatikan sebagai individu dan anggota kelompok
social, akibatnya m
igransering
harus menanggung beban dan menjadi korban atas proses itu, meskipun mereka
jugamenikmati hasilnya.
Gejala diatas
juga diyakini menyebabkan terpisahnya penelitian migrasi dengan perkembangan
teori-teori sosial,padahal
migrasi sebagai salah satu gejala sosial yang sangat tua tidak mungkin terlepas
dari perkembangan sosial, politik,dan
ekonomi pada umumnya (lihat Robinson & Carey, 2000).Permasalahan ini bukan
hanya permasalahan konseptual, tetapi juga permasalahan pendekatan.
Barangkalikajian-kajian yang ada terlalu banyak mengandalkan pada, seperti yang
dikemukakan Giddens (dalam Goss &Linquist,1995), diskursif yaitu segala
sesuatu yang dikatakan, yaitu data-data yang dikumpulkan dari para migran
seperti padapenelitian survei. Sebaliknya, pendekatan praktikal,
tepatnya disebut Giddens sebagai kesadaran praktikal, yaitu sesuatuyang tidak
dapat dikatakan atau diartikulasikan secara verbal, tetapi menjadi bagian
penting dari pemikiran orang yangbersangkutan, kurang diperhatikan. Hal ini
terkait dengan pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitianmigrasi. Sejauh ini perspektif yang digunakan
untuk mengkaji migrasi cenderung berangkat dari salah satu atau keduaperspektif
besar yang sudah mapan, yaitu strukturalis dan fungsionalis. Giddens
mengusulkan alternatif lain yangdisebutnya sebagai perspektif
strukturasionis. Dalam perspektif ini
duality of
structure menjadi bagian penting,agen
dan struktur berinteraksi timbal balik, yang
struktur itu
direproduksi oleh agen dan agendipengaruhi oleh norma dan harapan
masyarakat.Bertolak dari permasalahan diatas, maka sangat penting pengkajian
tentang migrasi dandampaknya bagi pengembangan pembangunan di Indonesia serta
alternative pemecahannyasebagaimana yang akan diuraikan pada pembahasan
selanjutnya.
B
A
B.
IIPEM
B
AHASAN
2
.1.
Definisi Migrasi
Istilah umum
bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara
lebihKhusus territorial mobility yang biasanya mengandung makna gerak
spasial, fisik dan geografis(Shryllock dan Siegel, 1973 dalam Rusli,1996:
136). Kedalamnya termasuk baik dimensi gerakpenduduk permanen maupun dimensi
non- permanen. Migrasi merupakan dimensi gerak pendudukpermanen, sedangkan
dimensi gerak penduduk non-permanen terdiri dari sirkulasi dan
komunikasi(Rusli,1996: 136).Definisi lain, migrasi adalah perpindahan penduduk
dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lainmelampaui batas
politik/negara ataupun batas administrasi/batas bagian dalam suatu negara
(Munir, 2000: 116). Dengankata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang
relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain
Migrasi sukar
diukur karena migrasi dapat didefenisikan dengan berbagai cara dan merupakan
suatu peristiwayang mungkin berulang beberapa kali sepanjang hidupnya. Hampir
semua definisi menggunakan kriteria waktu dan ruang,sehingga perpindahan yang
termasuk dalam proses migrasi setidak-tidaknya dianggap semi permanen dan
melintasibatas-batas geografis tertentu. (Young,1984: 94).Untuk Indonesia sendiri, analis
migrasi hanya dapat menggunakan data hasil sensus penduduk yang dilakukan 10tahun sekali dan data sampel hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS), yang dilakukan di tengah-tengah antar duasensus.
Oleh karena itu, analisis migrasi masih sangat kurang dilakukan orang,
mengingat data pendukung analisis inisangat kurang sekali, kecuali jika program
pendataan model registrasi penduduk telah dilakukan oleh suatu negaradengan
baik.
Menurut Rozy Munir dalam buku
Dasar-Dasar Demografi, migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan
menetap dari suatu tempat ke temapat lain melampaui batas politik ataunegara
atau batas administrative atau batas bagian dalam suatu negara. Migrasi sering
diartikansebagai ke daerah lain. Ada 2 dimensi penting yang perlu ditinjau
dalam penelaahan migrasi,yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah. Untuk dimensi
waktu, ukuran yang pasti tidak adakarena sulit untuk menentukan berapa lama
seseorang pindah tempat tinggal untuk dapatdianggap sebagai seorang migran,
tetapi biasanya digunakan definisi yang ditentukan dalamsensus penduduk. Untuk
dimensi daerah secara garis besarnya dibedakan perpindahan antar negara
yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain yang disebut
migrasiinternasional dan perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu negara
misalnya antar propinsi,kota atau kesatuan administratif lainnya yang dikenal
dengan migrasi intern. Perpindahanlokal yaitu perpindahan dari satu alamt ke
alamat lain atau dari satu kota ke kota lain tapi masihdalam batas bagian dalam
suatu negara misalnya dalam satu propinsi.Dalam arti luas, definisi tentang
migrasi adalah tempat tinggal mobilitas penduduk secara geografis yang meliputi
semua gerakan (
movement
)
penduduk yang melintasi bataswilayah
tertentu dalam periode tertentu pula (Mantra, 1980: 20
)
.Definisi migran menurutPerserikatan
Bangsa-Bangsa :
´a migrant is a person who changes his
place of residence fromone political or aadministrative area to another.´
pengertian ini dikaitkan dengan
pindahtempat tinggal secara permanen sebab selain itu dikenal pula
´mover´
yaitu orang yang pindahdari satu
alamat ke alamat lain dan dari satu rumah ke rumah lain dalam batas satu daerahkesatuan
politik atau administratif, misalnya pindah dalam satu Propinsi.
2
.
2
.
Jenis-Jenis Migrasi
Jenis migrasi
adalah pengelompokan migrasi berdasarkan dua dimensi penting dalam analisis
migrasi, yaitudimensi
ruang/daerah (spasial) dan dimensi waktu. Dalam konteks ruang terdapat dua
jenis migrasi yaitu migrasiinternasional dan mograsi internal. Migrasi
internasional adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara
lain.Migrasi internasional merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang. Migrasi
internal adalah perpindahan pendudukyang
terjadi dalam satu negara, misalnya antarpropinsi, antarkota/kabupaten, migrasi
dari wilayah perdesaan ke wilayahperkotaan atau satuan administratif lainnya
yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten/kota, seperti kecamatan
dankelurahan/desa. Migrasi internal merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi
ruang.Selain itu migrasi dapat dibedakan berdasarkan dimensi waktunya. Migran
menurut dimensi waktu adalah orangyang berpindah ke tempat lain dengan tujuan untuk
menetap dalam waktu enam bulan atau lebih.
Sementara
itumenurut versi BPS, ada tiga kriteria migran: seumur hidup, risen, dan
total(dikutip dari http://demografi.bps.go.id/versi1). Migran seumur hidup
(life time
migrant) adalah orangyang tempat
tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda
recent
migranttotal migrant Kriteriamigrasi yang digunakan dalam makalah ini adala
migrasi risen (recent
migration), karena lebihmencerminkan
dinamika spasial penduduk antardaerah
life time
migrationreturn migrationSelain dari jenis-jenis migrasi tersebut di atas,
terdapat beberapa istilah lain untuk jenis migrasi, yaitu:1. Migrasi masuk (In Migration): Masuknya
penduduk ke suatu daerah tempat tujuan (area of destination)2. Migrasi
Keluar (Out Migration): Perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal
(area of origin)3. Migrasi Neto
(Net Migration): Merupakan selisih antara jumlah migrasi masuk dan
migrasikeluar Apabila migrasi yang masuk lebih besar dari pada migrasi keluar
maka disebutmigrasi neto positif sedangkan jika migrasi keluar lebih besar dari
pada migrasi masukdisebut migrasi neto negatif.
4
Migrasi bruto (gross migration
)
adalah jumlah migrasi masuk dan
keluar.5 .Risen (recent migration
)
adalah migrasi yang melewati batas
propinsi dalam kurunwaktu tertentu sebelum pencacahan, misalnya 5 tahun sebelum
sensus atau survey.Jumlah migrasi masuk risen ke suatu propinsi adalah
banyaknya penduduk suatu propinsiyang lima tahun sebelumnya bertempat tinggal
di luar propinsi tersebut.Jumlah migrankeluar risen dari suatu propinsi adalah
jumlah penduduk yang saat pencacahan tinggal di propinsi lain dan lima
tahun sebelumnya tinggal di propinsi tersebut. Atau dengan katalain bila tempat
tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelumsurvei.
6. Migrasi total (total migration
)
adalah migrasi antar propinsi tanpa
memperhatikan kapan perpindahannya, sehingga propinsi tempat tinggal
sebelumnya berbeda dengan propinsitempat tinggal saat pencacahan. Ada 2 jenis
migrasi total : migrasi semasa hidup (lifetime migration
)
dan migrasi pulang (return migration
)
.7. Migrasi Internasional
(I
nternational Migration), m
erupakan perpindahan penduduk
darisuatu negara ke negara lain. Migrasi yang merupakan masuknya penduduk ke
suatunegara disebut imigrasi
(
immigration)
sedangkan sebaliknya jika migrasi itu
merupakankeluarnya penduduk dari suatu negara disebut emigrasi
(
emigration)
8. Migrasi Internal
(I
ntern Migration), y
aitu perpindahan yang terjadi dalam
satu negara,misalnya antarpropinsi, antar kota/kabupaten, migrasi perdesaan
keperkotaan atau satuanadministratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat
kabupaten, seperti kecamatan,kelurahan dan seterusnya. Jenis migrasi yang
terjadi antar unit administratifselama masihdalam satu negara. (migrasi
sirkuler dan migrasi commuter
)
.
9. Migrasi sirkuler ( Sirkuler
Migration
)
, yaitu migrasi yang terjadi jika
seseorang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat
tujuan, mungkin hanyamendekati tempat pekerjaan. Mobilitas penduduk sirkuler
dapat didefinisikan sebagaigerak penduduk yang melintas batas administrasi
suatu daerah menuju ke daerah laindalam jangka waktu kurang enam bulan.10.
Migrasi Ulang-Alik
(C
ommuter), y
aitu orang yang setiap hari
meninggalkan tempattinggalnya pergi ke kota lain untuk bekerja atau berdagang
dan sebagainya tetapi pulang pada sore harinya.11. Migrasi semasa hidup
(life time migration
)
, yaitu migrasi yang bedasarkan
tempatkelahiran. Migrasi semasa hidup adalah mereka yang pada waktu pencacahan
sensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan tempat
kelahirannya.12. Migrasi parsial (partial migration
)
, yaitu jumlah migrasi ke suatu daerah
dari satudaerah asal, atau dari daerah asal ke satu daerah tujuan. Migrasi itu
merupakan ukurandari arus migrasi antara dua daerah asal dan tujuan.13.
Urbanisasi
(U
rbanization), y
aitu bertambahnya proporsi penduduk
yang berdiam didaerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke
kota dan atauakibat dari perluasan daerah kota
14. Transmigrasi ( transmigration
)
, yaitu pemidahan dan kepindahan
penduduk dari suatudaerah untuk menetap ke daerah lain yang ditetapkan di dalam
wilayah Republik Indonesia guna kepentingan pembangunan Negara atau karena
alasan yang dipandang perlu oleh Pemerintah berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam undang ± undang .Transmigrasi diatur dengan Undang ± Undang No. 3
Tahun 1972. Transmigrasi yangdiselenggarakan dan diatur oleh pemerintah disebut
transmigrasi umum, sedangkantransmigrasi yang biaya perjalanannya dibiayai
sendiri tetapi ditampung dan diatur oleh pemerintah disebut transmigrasi
spontan dan transmigrasi Swakarsa.Mengingat bahwa skala penelitian itu
bervariasi antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain, sulit bagi
peneliti mobilitas penduduk untuk menggunakan batas wilayah danwaktu yang baik
(
standart
)
. Kalau dilihat dari ada atau tidaknya
niatan untuk menetap di daerahtujuan, mobilitas penduduk dapat pula dibagi
menjadi dua, yaitu mobilitas penduduk permanendan mobilitas penduduk non
permanen. Jadi, migrasi adalah gerak penduduk yang melintasi batas wilayah
menuju ke wilayah lain dengan ada niatan untuk menetap di daerah
tujuan.Sebaliknya mobilitas penduduk non permanen ialah gerak penduduk dari
satu wilayah kewilayah lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah
tujuan.Apabila seseorang menujuke daerah lain dan sejak semula sudah bermaksud
tidak menetap di daerah tujuan, orang tersebutdigolongkan sebagai pelaku
mobilitas non permanen walaupun bertempat tinggal didaerah tujuandalam jangka
waktu cukup lama (Steele, 1983 dalam Dina,2008
)
.Gerak penduduk non permanen
(sirkulasi :
circulation
)
ini dapat pula dibagi menjadi dua
yaituulang alik (
nglaju/commuting
)
dan dapat
menginap/mondok
di daerah tujuan. Ulang alik
adalahgerak penduduk dari daerah asal menuju ke daerah tujuan dalam batas waktu
tertentu kembali kedaerah asal pada hari itu juga. Pada umumnya penduduk yang
melakukan mobilitas inginkembali ke daerah secepatnya sehingga kalau dibandingkan
frekuensi penduduk yang melakukanmobilitas ulang alik, menginap/mondok, dan
migrasi frekuensi mobilitas penduduk yang ulangalik terbesar disusul oleh
menginap/mondok, dan migrasi. Secara operasional, macam-macam bentuk
mobilitas penduduk tersebut diukur berdasarkan konsep ruang dan waktu.
Misalnyamobilitas ulang alik,konsep waktunya diukur dengan enam jam atau lebih
meninggalkandaerah asal dan kembali pada hari yang sama, menginap/mondok diukur
dari meninggalkandaerah asal lebih dari satu hari tetapi kurang dari enam
bulan, sedangkan mobilitas permanen
diukur dari lamanya meninggalkan
daerah asal enam bulan atau lebih kecuali orang yang sejak semula berniat
menetap di daerah tujuan, seperti seorang istri yang mengikuti suaminya.Sifat
dan perilaku migran sirkuler di daerah tujuan yang bekerja tidak mengenal waktu
karenamereka berusaha mempergunakan waktu untuk bekerja sebanyak mungkin agar
mendapatkanupah sebanyak mungkin untuk dikirim ke daerah asal. Di daerah tujuan
mereka tidak dikenaikewajiban untuk kerja bakti, ronda malam dan bergotong
royong memperbaiki prasarana jalanatau saluran irigasi. Jadi, di daerah tujuan
mereka mempunyai kesempatan berusaha keras untuk mendapatkan upah
sebanyak-banyaknya.Pada umumnya, para migran sirkuler menuju ke kotaterdorong
oleh adanya tekanan kondisi ekonomi pedesaan, dimana semakin sulit
mencukupinafkah keluarga. Dorongan ekonomi tersebut ternyata terutama
ditimbulkan oleh permasalahansempitnya lahan pertanian di desa dan hambatan
dalam mengelolanya. Kondisi ekonomi penduduk pedesaan yang kembang kempis
tersebut jelas perlu adanya perbaikan. Oleh karenaitu, pelaksanaan mobilitas
dengan tujuan ekonomis sebagai salah satu upaya untuk mengubahkondisi
ketertekanan ekonomi diatas.
2.3.Pola, arus dan Faktor ± faktor yang
menyebabkan terjadinya migrasi diIndonesia.
2.3.1. Pola dan
arus migrasi di Indonesia.
Berikut adalah gambaran pola dan arus
migrasi di Indonesia dari tahun 2000 denganmenggunakan data ± data migrasi
melalui data survey penduduk antar sensus ( SUPAS
)
2005dan sensus penduduk (SP
)
2000. Ada dua pola migrasi yang akan
dibahas yaitu pola migrasisemasa hidup antar pulau dan pola migrasi semasa
hidup antar propinsi.a.
Migrasi semasa
hidup antar pulau
Migrasi keluar selama 24 tahun
terakhir secara absolute pulau Jawa adalah yang paling banyak mengeluarkan
migrant yaitu: pada tahun 1971 sebanyak 1.935.000 orang, tahun 1980sebanyak
3.584.900 orang, tahun 1990 sebanyak 3. 053.200 orang, yang kemudian padatahun
1995 menjadi 5. 533.200 orang. Dari sebanyak migran keluar tersebut sampai
tahun1980 sebagian besar menuju pulau Sumatera, yaitu sebesar 89,66% pada tahun
1971, dan81,06% pada tahun 1980. Namun demikian mulai tahun1990 terjadi
penurunan arus migran
dari p.Jawa ke P. Sumatera yaitu
menjadi 69,73%, dan tahun 1995 persentasenya menurunlagi menjadi 68,28%.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa mulai dekade 1980 ± 1990 perpindahan
penduduk dari P. Jawa sudah sudah mulai menyebar ke pulau ± pulau lain,
tidak hanya terpusat di P. Sumatera saja.Berikutnya p. Sumatera yang
menduduki urutan kedua dalam besarnya migrasi keluar, pada tahun 1971
mempunyai migran keluar sebesar 369.000 orang, kemudian pada tahun1980 naik
menjadi 786.400 orang keluar dan naik lagi menjadi 1.175.700 orang pada
tahun1990.Selanjutnya tahun 1995 naik lagi menjadi sekitar 1.534.000
orang.Sebagian besar migrant keluar dari p. Sumatera menuju p. Jawa yaitu
94,31% pada tahun1971, 91,35% pada tahun 1980, 90,94% pada tahun 1990 dan 1991,
94% pada tahun 1995.Dari data tersebut terlihat arus migrasi dari p. Sumatera
ke p. Jawa dapat dikatakan hampir tidak ada perubahan. Kecenderungan orang
Sumatera pindah ke p. Jawa masih tetapmerupakan prioritas utama.Seperti halnya
p. Sumatera, P. Kalimantan dan pulau ± pulau lainnya juga merupakandaerah yang
migrant keluarnya kebanyakan menuju P. Jawa dan ini tidak berubah
sejak tahun 1971 sampai tahun 1995 atau penurunan persentase yang terjadi
relative kecil.Berbeda dengan p. Sulawesi, arus migran yang keluar dari pulau
ini hampir tersebar secaramerata ke pulau ± pulau lain dan kecenderungan ini
berjalan sejak tahun 1971 yang berlangsung secara terus menerus sampai
tahun 1995.Untuk migrasi masuk, P. Sumatera adalah pulau yang banyak menerima
migran, baik pada tahun 1970, 1980, 1990 maupun pada tahun 1995.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 90 persen sejak tahun 1971 sampai dengan
tahun 1995 adalah migrant yang berasal dari p.Jawa. Demikian juga p.
Kalimanatan, Sulawesi, dan pulau ± pulau lainnya, migran yangmasuk sebagian
besar berasal dari p. Jawa. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa P. Jawayang
memang mempunyai penduduk terbesar di Indonesia merupakan pulau pengirimmigrant
terbesar dari pulau ± pulau lainnya di Indonesia. Sebaliknya migrasi masuk
ke p.Jawa sendiri dari tahun 1971 sampai dengan tahun 1995 kebanyakan berasal
dari p.Sumatera ( 60%
)
. Hal ini dapat dimaklumi karena
secara geografis p. Sumatera berdekatandengan p. Jawa disbanding dengan pulau ±
pulau lainnya dan juga karena systemtransportasi yang menghubungkan kedua pulau
ini lebih baik dan lancar dari frekwensi
maupun jenis angkutannya dibandingkan
dengan system transportasi yang menghubungkan p. Jawa dengan pulau ± pulau
yang lain di Indonesia.
b. Migrasi
semasa hidup antar propinsi.
Pola dan arus migrasi seumur hidup per
propinsi di Indonesia sangat bervariasi dan besarnya tidak selalu sama
antara satu propinsi dengan propinsi yang lain.Secara umum propinsi ±
propinsi di pulau Jawa dan Nusa Tenggara merupakan propinsi ± propinsi pengirim
migrant, baik pada tahun 1971, 1980, 1990 maupun pada tahun 1995 kecuali
DKI Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat. DKI Jakarta sejak tahun 1971
hingga tahun 1995 merupakan propinsi penerima migran.Jawa barat pada tahun
1971 dan 1980 merupakan propinsi pengirim migran,tetapi pada tahun 1990 dan
1995 menjadi propinsi penerima migran.Sebagai pusat pemerintahan dan
perekonomian sejak tahun 1971 hingga tahun 1990, DKIJakarta adalah propinsi
yang paling banyak didatangi oleh migran, dengan jumlahnya yangsemakin membesar
dari tahun ke tahun. Pada tahun 1971 DKI Jakarta menerima sekitar 1,8
jutamigran, tahun 1980 menerima sekitar 2,6 juta migrant, tahun 1990 menerima
3,1 juta migrantdan pada tahun 1995 menerima 3,4 juta migran. Jika dilihat asal
migran yang ke DKI Jakarta,yang paling banyak adalah migran yang berasal dari
Jawa Tengah dan Jawa Barat, pada tahun1990 dan 1995, sisanya berasal dari 24
propinsi lainnya yang persentasenya relative kecil.Propinsi kedua terbesar yang
didatangi migrant pada tahun 1990 adalah Jawa Barat, dengan jumlah migran
sebesar 2,4 juta orang. Selanjutnya hasil SUPAS 95 ssmenunjukkan bahwadengan
jumlah migran masuk sebesar 3,6 juta orang. Propinsi Jawa Barat telah
menggeser kedudukan DKI Jakarta sebagai penerima migrant terbesar. Migran
yang masuk ke Jawa Baratini sebagian besar berasal dari propinsi tetangganya
yaitu Jawa Tengah dan DKI Jakarta, dengan persentase masing ± masing
sebesar 30,25% dan 35, 09% pada tahun 1995. Dan ada pula masuk ke Lampung
yaitu tiga propinsi yakni : Jawa Tengah (33,50%
)
, Jawa Timur(28,20%
)
, dan JawaBarat (13,35%
)
.
2.3.2. Faktor ±
Faktor Penyebab Terjadinya Migrasi
Pada dasarnya factor ± factor yang
menyebabkan seseorang melakukan migrasi dapatdikelompokkan menjadi dua yaitu
faktor ± faktor pendorong dan faktor ± faktor penarik.
a. Faktor ± faktor pendorong (push
factor
)
dapat berupa hal ± hal seperti berikut
ini :
y
Makin berkurangnya sumber ± sumber
kehidupan, seperti menurunnya daya dukunglingkungan dan menurunnya permintaan
atas barang ± barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh,
seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
y
Menyempitnya lapangan pekerjaan di
tempat asal ( misalnya lahan pertanian
)
, seiringdengan pertambahan penduduk.
y
Adanya tekanan ± tekanan politik,
agama, dan suku sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
y
Alasan pendidikan, pekerjaan atau
perkawinan.
y
Bencana alam seperti banjir,
kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang, atauadanya wabah
penyakit. b. Faktor ± faktor penarik (pull factor
)
antara lain sebagai berikut :
y
Adanya harapan akan memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki kehidupan.
y
Adanya kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang lebih baik.
y
Keadaan lingkungan dan keadaan hidup
yang menyenangkan, seperti iklim, perumahan,sekolah, layanan kesehatan yang
lebih baik, dan fasilitas ± fasilitas publik lainnya yanglebih baik.
y
Adanya tempaat ± tempat hiburan, pusat
kebudayaan, dll masih banyak lagi berbagaifasilitas yang menjadi daya tarik
bagi orang ± orang daerah bermukim di kota besar.Menurut Lee (1996
)
, ada empat faktor yang menyebabkan
orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi :
Faktor ± faktor yang terdapat di
daerah asal
Faktor ± faktor yang terdapat didaerah
tujuan
Rintangan ± rintangan yang menhambat
Faktor ± faktor pribadi.Disetiap
tempat asal ataupun tujuan, ada sejumlah factor positif yang menahan orang
untuk tetap tinggal didaerah itu dan bahkan menarik orang luar untuk
pindah ke tempat tersebut.
Sebalikya ada sejumlah faktor negatif
yang mendorong orang untuk pindah dari tempat asalnyamenuju ke tempat tujuan
yang baru. Selalu terdapat sejumlah rintangan yang dalam keadaantertentu tidak
seberapa beratnya, tapi dalam keadaan lain tidak dapat diatasi. Rintangan
± rintangan itu antara lain berupa jarak antara daerah asal dan daerah
tujuan. Hal yang paling banyak dipelajari tentang sebab ± sebab migrasi
selama ini adalah masalah jarak, yang mungkinmenyangkut transportasi dan
informasi tempat tujuan. Contoh ± contoh penghalang lain adalahUU migrasi dan
biaya ransportasi. Berat ringannya rintangan bermigrasi bagi setiap
orang berbeda ± beda. Ada sebagian orang memandang rintangan tersebut
mudah diatasi, tetapi ada juga yang memandang sebagai hal yang menjadi
kendala untuk pindah tempat.Faktor pribadi juga banyak mempengaruhi keputusan
seseorang untuk melakukanmigrasi.Kepekaan pribadi, kecerdasan serta kesadaran
tentang kondisi di tempat lain dapatmempengaruhi evaluasi seseorang tentang
keadaan di tempat asal. Pengetahuan tentang tempattujuan bergantung pada
hubungan ± hubungan seseorang atau berbagai sumber informasi yangtidak tersedia
secara umum. Dari hasil evaluasi tempat tujuan inilah yang
menyebabkan pertimbangan tersendiri pada setiap individu untuk mengambil
keputusan melakukan migrasi,sehingga ada sebagian orang memutuskan bermigrasi
jika benar ± benar ada alasan yang sangaturgen, tetapi ada juga sebagian orang
dengan sedikit dorongan saja sudah dijadikan pertimbangan untuk pindah (
Lee, 1966
)
Adanya faktor ± faktor sebagai daya
tarik ataupun pendorong merupakan perkembangandari ketujuh hukum ± hukum
migrasi yang dikembangkan oleh E.G. Ravenstein (1885
)
, sepertidikutip oleh Bogue ( 1969
)
, sbb :1.
Migrasi dan jarak Banyak migran
bermigrasi dalam jarak yang pendek. Jika jarak dengan suatu tempatmakin jauh,
maka semakin sedikit migrant yang pergi dari tempat tersebut.2.
Migrasi bertahapSeseorang yang tinggal
dekat dengan kota besar akan bermigrasi jika perekonomian kotatersebut
berkembang.Kesempatan kerja yang ditinggalkan oleh orang ± orang ini akandiisi
oleh migran dari daerah terpencil. Kota ± kota ini akhirnya berkembang secara
bertahap mencapai daerah pedalaman.
Dengan kata lain, seseorang akan bermigrasisecara bertahap dari desa ke kota
kecil kemudian ke kota besar.3.
Arus dan arus balik Setiap arus
migrasi utama menimbulkan arus balik penggantiannya.4.
Perbedaan antara desa dan kota dalam
kecenderungan bermigrasi.Penduduk perkotaan cenderung tidak bermigrasi
dibandingkan dengan penduduk pedesaan.5.
Perempuan lebih dominan melakukan
migrasi jarak pendek.Dibandingkan dengan laki ± laki, perempuan lebih banyak
bermigrasi pada jarak pendek.6.
Teknologi dan migrasiPerkembangan
teknologi cenderung meningkatkan angka migrasi.7.
Motif ekonomi lebih dominanWalaupun
berbagai factor pendorong dapat menyebabkan terjadinya migrasi, keinginanuntuk
memperbaiki kondisi ekonomi merupakan factor pendorong yang dominan.
1)
NAD tidak termasuk dalam cakupan SUPAS
2005 karena peristiwa gempa bumi dantsunami
2)
Bangka Belitung masih bergabung dengan
SumateraSelatan
3)
Kepulauan Riau masih bergabung
denganRiau
4)
Banten masih bergabung dengan
JawaBarat
5)
Gorontalo masih bergabung
denganSulawesi Utara
6)
Sulawesi Barat masih bergabung dengan
SulawesiSelatan
7)
Maluku Utara masih bergabung
denganMaluku
8)
Papua Barat masih bergabung
denganPapua
2.4
.
Permasalahan Kependudukan sebagai dampak
dari Migrasi dan caramenanggulanginya
Berbagai jenis migrasi yang terjadi
membawa dampak yang berbeda-beda bagi masyarakat asalmaupun masyarakat tujuan.
2.4.1. Migrasi internasional
a.
Dampak imigrasi
bagi Indonesia
Masuknya budaya-budaya asing yang
tidak sesuai Makin banyak orang asing yang masuk keIndonesia berarti makin
banyak pula budaya yang masuk, karena orang-orang asing tersebut jugamembawa
budaya Negara asalnya yang sudah melekat. Banyak budaya asing yang tidak
sesuaidengan budaya asli bangsa Indonesia. Hal tersebut lambat laun dapat
merusak budaya bangsaIndonesia.Contohnya adalah sikap konsumtif dan pergaulan
bebas. Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, kita harus menjaga budaya
bangsa agar tidak terpengaruh dengan budaya luar.
Di samping itu penduduk juga harus
bersikap selektif dan mempertebal keimanan danketaqwaan sehingga terhindar dari
budaya-budaya yang bertentangan dengan nilai agama dan budaya bangsa.
Pemerintah juga dapat berperan dengan menciptakan iklim kondusif bagi berkembangnya
budaya-budaya daerah dan nasional, seperti dengan menetapkan
undang-undangdankebijakan-kebijakan yang mendukung upaya pelestarian nilai dan
budaya bangsa.Imigran-imigran yang masuk ke Indonesia tidak semuanya berniat
baik. Ada kalanya beberapa diantara imigran tersebut mempunyai tujuan yang
tidak baik, seperti mengedarkan narkoba,menjual barang-barang ilegal, melarikan
diri dari jeratan hukum di negaranya (buronan
)
, untuk melakukan kegiatan
memata- matai, dan lain-lain. Hal tersebut sangatlah mengganggu bagikestabilan
politik, ekonomi, sosial, dan budaya Indonesia. Untuk mengatasi hal
tersebutdiperlukan ketahanan nasional yang tinggi dengan melibatkan semua
elemen bangsa.TNI dan Polri perlu meningkatkan kewaspadaan penjagaan terutama
di daerah-daerah perbatasandan melakukan spemeriksaan rutin dan disiplin
terhadap imigran (WNA
)
. Pemerintah melalui petugas
keimigrasian dan bea cukai menerapkan aturan yang ketat dan disiplin dalam
membuatijin, memeriksa, dan menindak imigran beserta barang-barang yang masuk
ke Indonesia.Masyarakat dapat bertindak proaktif dengan melaporkan ke pihak
yang berwajib jika melihatkejanggalan-kejanggalan yang berkaitan dengan imigran
(WNA
)
.
b. Dampak
negatif adanya emigrasi
Banyak orang Indonesia yang bekerja di
luar negeri enggan untuk kembali ke Indonesia. Mereka beralasan bahwa upah
pekerja di luar negeri lebih tinggi bila dibandingkan dengan diIndonesia.Selain
itu, juga suasana dan kehidupan di luar negeri dianggap lebih kondusif.
Keengganan para pekerja tersebut terutama tenaga ahli untuk kembali ke
Indonesia dapat mengurangi tenaga ahlidi Indonesia.Usaha untuk menanggulangi
hal tersebut dapat dilakukan dengan memperkokoh rasanasionalisme. Juga dapat
dilakukan dengan menciptakan iklim dalam negeri yang kondusif,terutama dalam
dunia industri dan investasi, sehingga memicu membaik dan meningkatnyakehidupan
ekonomi masyarakat.b
)
Rusaknya citra Indonesia di mata
negara lain Rusaknya citraIndonesia di mata negara lain disebabkan oleh ulah
orang-orang Indonesia di negara lain yangtidak bertanggung jawab,
seperti melakukan tindak kejahatan dinegara lain, buron yang lari ke
negaralain, dan lain-lain
Untuk menanggulangi masalah tersebut
dapat dilakukan oleh pemerintah melalui pihak keimigrasian untuk lebih
memperketat perijinan pengajuan paspor/visa ke negara lain.Pemerintah juga bisa
menjalin kerja sama secara baik dengan aparat-aparat yang berwenangnegara lain
ataupun membuat kebijakan-kebijakan dan perjanjian-perjanjian dengan
negaralain, misalnya perjanjian ekstradisi dan lain-lain.
2.4.2. Migrasi
nasional
Migrasi nasional antara lain
transmigrasi dan urbanisasi.
a. Dampak
negatif adanya transmigrasi dan cara penanggulangannya
- Memerlukan
banyak biayaP
rogram transmigrasi terutama yang
bukan swakarsa memerlukan banyak biaya. Biaya-biayatersebut untuk
pemberangkatan sejumlah transmigran dan pembukaan lahan baru.
Untuk menanggulangi masalah tersebut pemerintah dapat memprioritaskan
transmigrasi swakarsa,sehingga biaya ditanggung oleh transmigran sendiri.
Adapun pemerintah hanya sebatasmenyediakan lahan baru saja. Namun untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat agar melakukan transmigrasi swakarsa
bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu pemerintah harus senantiasa
memberikan penyuluhanpenyuluhan pada masyarakat.
- Sering timbulnya
konflik antar masyarakat Masyarakat setempat, khususnyamasyarakat tujuan
transmigrasi yang berada di pedalaman
sangat sulit menerima pendatang baru, apalagi merekamenganggap bahwa
transmigran mengambil lahan garapan mereka. Hal tersebut seringmemicu kecemburuan
antara masyarakat setempat terhadap para transmigran, bahkan di antaramereka
sering terjadi konflik. Untuk menanggulangi masalah tersebut perlu
dilakukan penyuluhan dan pembinaan terhadap masyarakat setempat di daerah
tujuan transmigrasi. Disamping itu, juga diberikan bantuan berupa
fasilitas-fasilitas yang serupa yang diberikan pada para transmigran
sehingga dapat meminimalisir kecemburuan ssosial. Pemerintah juga
bisamengadakan forum bersama yang mempertemukan antara masyarakat setempat dan
paratransmigran, sehingga lebih mempererat hubungan di antara mereka.
b. Dampak
urbanisasi dan upaya penanggulangannya
urbanisasi yang terus menerus
berlangsung dapat meningkatkan jumlah penduduk di kota dengancepat. Di sisi
lain jumlah penduduk di desa makin berkurang. Hal ini menyebabkanketimpangan
pembangunan dan ketimpangan sosial antara desa dengan kota
Dampak negatif urbanisasi bagi
kotaMeningkatnya jumlah pengangguran Urbanisasi mengakibatkan, persaingan
kerjamakin tinggi dan kesempatan kerja makin kecil, sehingga orang sulit
mencari pekerjaan.
Meningkatnya angka
kriminalitasKebutuhan hidup di kota sangatlah kompleks, namun usaha
pemenuhannya kian sulit.Hal itulah yang membutakan mata sebagian orang,
sehingga nekat menghalalkan segalacara demi memenuhi kebutuhan, seperti
merampok, menipu, mencuri,korupsi, dan lain-lain.
Munculnya slum area (daerah kumuh
)
Dengan adanya urbanisasi menjadikan
lahan pemukiman makin sempit. Jumlah lahanyang tersedia tidak sebanding dengan
jumlah penduduknya, sehingga sulit untuk mencari lahan untuk mendirikan
rumah. Meskipun ada, lahan tersebut harganyasangat mahal, karena banyak orang
yang menginginkannya.Mahalnya harga tanahtersebut menjadikan masyarakat tidak
mampu membeli. Akhirnya mereka lebihmemilih tinggal di kolong jembatan,
bantaran sungai, membuat rumah kardus,bahkanada yang tinggal di daerah
pemakaman.
Dampak negatif bagi desaUrbanisasi
ternyata membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat di desa.Pembangunan dan
dinamisasi desa menjadi menurun. Hal tersebut disebabkan karena:Tenaga terampil
di desa berkurang karena berpindah ke kota. Penduduk desa yang bersekolah
di kota umumnya enggan kembali ke desa.Tenaga yang tertinggal di desa, umumnya
orang-orang tua yang sudah tidak terampildan
produktif lagi.Untuk menanggulangi atau bahkan mencegah munculnya
dampak-dampak negatif urbanisasitersebut, perlu diupayakan untuk menekan dan
memperkecil laju urbanisasi. Upaya tersebutdapat dilakukan dengan:- Pemerataan
pembangunan industri sampai ke desa-desa
- Pembangunan infrastruktur jalan ke
desa-desa, sehingga memperlancar hubungan desadengan kota.- Mengoptimalkan
usaha pertanian, sehingga tingkat pendapatan masyarakat desa.- Pembangunan
fasilitas umum di desa, seperti listrik, puskesmas, sekolah, pasar, dan
BAB. IIIPENUTUPKesimpulan
1.
migrasi
diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara)
ke daerah (negara)lain.
2.
Jenis migrasi adalah pengelompokan
migrasi berdasarkan dua dimensi penting dalam analisis migrasi, yaitudimensi ruang/daerah (spasial) dan dimensi waktu.
Dalam konteks ruang terdapat dua jenis migrasi yaitumigrasi
internasional dan mograsi internal.
3.
Selain itu
migrasi dapat dibedakan berdasarkan dimensi waktunya. Migran menurut dimensi
waktu adalahorang yang berpindah ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap
dalam waktu enam bulan atau lebih.Migran sirkuler (migrasi musiman) dan
commuter.
Sementara itu menurut versi BPS, ada tiga
kriteria migran: seumur hidup,srisen, dan total (dikutip dari
http://demografi.bps.go.id/versi1)
4. Faktor ± faktor pendorong (push
factor
)
dapat berupa hal ± hal seperti berikut
ini :- Makin berkurangnya sumber ± sumber kehidupan, seperti menurunnya daya
dukunglingkungan dan menurunnya permintaan atas barang ± barang tertentu yang bahan bakunya
makin susah diperoleh, seperti hasil tambang, kayu, atau bahan
dari pertanian.- Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal ( misalnya
lahan pertanian
)
, seiringdengan pertambahan penduduk.-
Adanya tekanan ± tekanan politik, agama, dan suku sehingga mengganggu hak
asasi penduduk di daerah asal.- Alasan pendidikan, pekerjaan atau
perkawinan.- Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau
panjang, atauadanya wabah penyakit5. Faktor ± faktor penarik (pull factor
)
antara lain sebagai berikut :- Adanya
harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kehidupan.- Adanya
kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.- Keadaan lingkungan dan
keadaan hidup yang menyenangkan, seperti iklim,perumahan,sekolah, layanan kesehatan
yang lebih baik, dan fasilitas ± fasilitas publik lainnya yanglebih baik.-
Adanya tempaat ± tempat hiburan, pusat
kebudayaan, dll masih banyak lagi berbagaifasilitas yang menjadi daya tarik
bagi orang ± orang daerah bermukim di kota besar.
D
AFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik, Estimasi
Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi, Hasil Survei Penduduk Antarsensus (SUPAS)
1995, Jakarta, 1995.Faturochman, Why People Move: A Psychological
Analysis Of Urban Migration,Populasi, 1992.
G
ross, Jon D and Bruce Lindquist, Conseptualizing
International Migration : A StructurationPerspective,
International Migration Review, 1995.Kahar Suleman Hi. Abdul, Migrasi Keluar
Dari Sulawesi Selatan Analisis Data SUPAS 1995Jakarta, Program Pascasarjana Program
Studi Kependudukan Dan Ketenagakerjaan,Universitas Indonesia, 2001.Lee Everent
S, A Theory Of Migration, Demografi, 1966.Pernia, E.M, Individual and Household
Migration Decision, The PEJ. No.36. Vol.XVII.Nos 1 dan 2
1978Pernia, E.M, The Impact of Migration on Rural Areas in the Philippines,
The PEJ,No.33.Vol.XVI. Nos 1 dan 2, 1977.Rusli. S, Pengantar Ilmu Kependudukan
edisi revisi, Jakarta, LP3ES.Shryllock and Siegel dalam Munir, Dasar
Dasar Demografi edisi 2000, Jakarta,Universitas Indonesia, 2000.Tjiptoheriijanto
Prijono, Mobilitas Penduduk Dan Pembangunan Ekonomi,Warta
Demografi, 2000
BPS Finalisasi Kelengkapan Data Sensus
2010",
D
etik
C
om - detik Finance
, 23 Juni 2010
0 komentar:
Post a Comment