TEORI PENYEBAB PENYAKIT
“PERILAKU”
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam
perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.
Perilaku
manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan
dalam
menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat atau menjadi salah satu
determinan sebuah penyakit dalam ranah epidemiologi. Determinan adalah istilah inklusif
yang merujuk kepada semua faktor, baik fisik, biologi, perilaku, sosial, maupun
kultural yang mempengaruhi kesehatan dan
terjadinya penyakit (Last, 2001).
Menurut Bloom perilaku memiliki
kontribusi besar dalam menentukan status kesehatan
individu maupun masyarakat. Salah satu keistimewaan yang menonjol
adalah perilakunya. Meskipun semua makhluk hidup mempunyai perilaku. Namun
perilaku berbeda dengan perilaku makhluk hidup yang lain.
Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang
diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:
1. Pengetahuan (knowledge). Pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera
yang dimilikinya.
2. Sikap (attitude). Sikap merupakan respons tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
3. Tindakan atau praktik (practice). Tindakan ini merujuk
pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk
nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo
(2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan,
dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1.
Perilaku pemeliharaan kesehatan (health
maintanance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara
atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit.
2.
Perilaku pencarian atau penggunaan
sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian
pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut
upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3.
Perilaku kesehatan lingkungan adalah
apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.
Pembentukan perilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan.
Menurut Abraham Harold Maslow, manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu :
1) Kebutuhan fisiologis, biologis yang
merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu O2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan
seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan
fisiologis. Misalnya, kekurangan O2 yang menimbulkan sesak napas dan kekurangan
H2O dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi.
2) Kebutuhan rasa
aman, misalnya :
a) Rasa aman
terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan kejahatan lain.
b) Rasa aman
terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan, dll.
c) Rasa aman
terhindar dari sakit dan penyakit. Rasa aman
memperoleh perlindungan hukum
3) Kebutuhan
mencintai dan dicintai, misalnya :
a) Mendambakan
kasih sayang/ cinta kasih orang lain baik dari orangtua, saudara, teman,
kekasih,dll.
b) Ingin
dicintai/ mencintai orang lain.
c) Ingin diterima
oleh kelompok tempat ia berada.
4) Kebutuhan harga diri
a) Ingin dihargai dan menghargai orang lain.
b) Adanya respek atau perhatian dari orang lain.
c) Toleransi atau
saling menghargai dalam hidup berdampingan.
5) Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya :
a) Ingin dipuja
atau disanjung oleh orang lain.
b) Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita.
c) Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam
karier, usaha,kekayaan, dll.
Tingkatkan dan jenis kebutuhan tersebut satu dan lainnya tidak dapat
dipisahkan karena merupakan satu kesatuan atau rangkaian walaupun pada
hakekatnya kebutuhan fisiologis merupakan faktor yang dominan untuk
kelangsungan hidup manusia dan dalam memenuhi kebutuhan, tidak dapat dipisah-pisahkan
antara satu dan yang lain.
Beberapa
penyakit yang timbul akibat perilaku adalah sebagai berikut :
1.
Anemia defisiensi Fe
Perilaku
yang dapat menyebabkan penyakit anemia defisiensi zat besi adalah :
·
Ketidakpatuhan
dalam mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil. Kebutuhan zat besi ibu hamil
meningkat dari 1,25 mg/hari pada saat tidak hamil menjadi 6 mg/hari selama
kehamilan yang disebabkan karena besi digunakan dalam pembentukan janin dan
cadangan dalam plasenta serta untuk sintesis Hb ibu hamil. Ini dijelaskan dalam
jurnal Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia
Defisiensi Besi terhadap Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Zat Besi oleh Mardhatillah Fuady dan Datten Bangun Vol. 1 No. 1 bulan
Februari 2013 bahwa ketidakpatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe
adalah karena kurangnya pengetahuan mereka.
·
Perilaku makan
makanan yang kurang bervariasi dengan kandungan zat besi yang kurang. Dalam
jurnal Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Hemoglobin Pada
Ibu Hamil Di Kabupaten Gowa Tahun 2013 oleh Bulkis, dkk. Menyatakan bahwa sumber zat besi yang dikonsumsi bukan berasal dari besi
heme sehingga kurang bisa mendukung keberadaan zat besi dalam tubuh. Ibu hamil
anemia maupun tidak anemia pada penelitian ini mengkonsumsi pangan sumber besi
heme dalam frekuensi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan frekuensi
konsumsi pangan sumber besi non heme. Selain itu kemungkinan besar konsumsi
besi non heme tidak diimbangi dengan konsumsi besi heme. Sebagaimana diketahui bahwa
besi heme lebih mudah diserap oleh tubuh daripada besi non heme. Ketidakcukupan jumlah Fe dalam makanan
terjadi karena pola konsumsi makan masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran
sebagai sumber zat besi yang sulit diserap, sedangkan daging dan bahan pangan
hewani sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron) jarang dikonsumsi terutama
oleh masyarakat pedesaan (Almatsier, 2010). Selain asupan zat besi, perlu juga
meningkatkan asupan vit. C yang dapat meningkatkan absorpsi Fe dan mengurangi
konsumsi zat penghambat absoprsi Fe dalam tubuh (seperti tanin pada teh dan
polifenol pada kopi).
·
Perilaku hidup
kurang bersih dan sehat (seperti bermain di tanah tanpa menggunakan alas kaki,
tidak mencuci tangan sebelum makan, dll) sehingga dapat terinfeksi cacing
tambang yang menghisap darah dan asupan zat besi di dalam tubuh. Dalam jurnal Hubungan Kecacingan Dengan Anemia Pada Murid
Sekolah Dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara oleh Novita Hasyim dan kawan-kawan pada agustus 2013
lalu, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antar kecacingan dengan Anemia pada anak Sekolah Dasar di Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara dan juga anak yang ditemukan kecacingan berisiko 59
kali untuk mengalami Anemia di bandingkan anak yang tidak mengalami kecacingan.
Berdasarkan hasil penelitian pada murid sekolah dasar yang positif terinfeksi
cacing tetapi tidak anemia sebanyak 1 orang. Ini berarti siswa yang terinfeksi
cacing akan mengalami anemia, ini bisa terjadi karena jenis cacing yang
terdeteksi adalah karena cacing tambang (Necator americanus),
dikarenakan penyebaran cacing ini banyak di daerah pedesaan pertambangan dan
khususnya perkebunan, karena golongan
pekerja sering kali berhubungan langsung dengan tanah, begitu juga pada
anak-anak Sekolah Dasar di karenakan
aktifitas mereka yang lebih banyak menyentuh dengan tanah. Infeksi cacingan
sangat luas terjadi, terutama pada mereka dengan populasi miskin di Negara
sedang berkembang. Infeksi cacingan pada anak sering terjadi dengan berbagai
efek yang berbeda sesuai dengan umur. Infeksi ini menyebabkan anemia,
malnutrisi, nafsu makan kurang dan dapat menyebabkan keterbelakangan fisik dan
kognisi anak. (Kung’u dkk , 2009)
2.
Obesitas
·
Kebiasan kurang
bergerak, kurang beraktivitas seperti olahraga teratur, serta ketergantungan
pada kemudahan teknologi. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah
satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah
masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit
kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas. Obesitas
banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktivitas fisik dan kebanyakan
duduk. Dimasa industri sekarang ini, dengan meningkatnya mekanisasi dan
kemudahan transportasi, orang cenderung kurang gerak atau sedikit menggunakan
tenaga untuk aktivitas sehari-hari. Seseorang yang sering berolahraga atau
beraktivitas maka lemak dalam tubuhnya akan di bakar sedangkan seseorang yang
tidak melakukan aktivitas fisik akan semakin banyak timbunan lemak dalam
tubuhnya sehingga kemungkinan untuk menjadi obesitas jauh lebih besar.
·
Kebiasaan
konsumsi fast food, minuman manis maupun makanan kemasan, serta makan yang dengan
kandungan lemak tinggi seperti gorengan, memiliki kecenderungan berat berlebih
karena makanan tersebut merupakan makanan yang tingi lemak dan kalori tetapi
memiliki nilai gizi rendah.
·
Kurangnya
konsumsi buah dan sayur. Konsumsi serat secara linier
akan mengurangi asupan lemak dan garam yang selanjutnya akan menurunkan tekanan
darah dan mencegah peningkatan berat badan.
·
Kebiasaan merokok
sang Ibu dan overweight pada masa kehamilan. Anak-anak yang dilahirkan dari ibu
yang merokok dan kelebihan berat badan selama kehamilan adalah kelompok yang
paling berisiko mengidap obesitas. Dalam penelitian terbaru, para ahli
dari University of Montreal mengklaim dapat memprediksi kelompok anak-anak yang
mungkin mengalami obesitas dengan meneliti perilaku ibu mereka (saat masa
kehamilan). Studi terbaru ini diterbitkan dalam Archives of Pediatric and
Adolecent Medicine. Seorang anak
dengan seorang ibu yang kelebihan berat badan atau merokok selama kehamilan
secara signifikan lebih mungkin untuk mengalami obesitas. Kedua faktor ini
menurut peneliti menjadi jauh lebih penting sebagai pemicu obesitas ketimbang
kriteria lain seperti berat lahir anak. Dr.
Zdenka Pausova, seorang ilmuwan di Hospital for Sick Children di Toronto
mengatakan bahwa berdasarkan penelitian ibu hamil yang merokok dapat
menyebabkan perubahan struktural dalam bagian dari otak yang memproses
penghargaan dan dapat meningkatkan kesukaan akan makanan berlemak. Selain itu,
paparan nikotin pada masa prenatal meningkatkan kematian sel-sel beta yang
memproduksi insulin di pancreas, dan ekspresi gen yang lebih besar membentuk
sel-sel lemak.
3.
Kanker Serviks
·
Seks
bebas. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi dan sering berganti-ganti
pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit
kelamin, salah satunya Human Papilloma
Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa
hingga membelah menjadi lebih banyak sehingga tidak terkendali sehingga menjadi
kanker.
·
Penggunaan
antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan
antiseptik akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya
kanker.
·
Kebiasaan
merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker
serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada
wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok.
Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan
kokarsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel
tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru
maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin
yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim.
0 komentar:
Post a Comment