BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global
semakin sering dibicarakan baik dalam skala kecil sampai tingkat internasional.
Makalah ini akan membahas gambaran umum pemanasan global, aktivitas manusia dan
peranannya dalam pemanasan global beserta akibat dari pemanasan global itu
sendiri. Kami juga
Gmenyertakan beberapa usaha yang dilakukan manusia untuk
mengendalikan pemanasan global.
Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan
meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.
Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir
suhu global cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan data yang terrekam
sebelumnya. Dan sepuluh tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990. Isu
pemanasan global begitu berkembang akhir-akhir ini. Pemeran utamanya tentu saja
manusia dengan berbagai aktivitasnya.
Pemanasan global telah menyebabkan perubahan iklim
yang signifikan, seperti yang terjadi di negara kita, efek dari pemanasan ini
telah menyebabkan perubahan iklim yang ekstrim. Di beberapa daerah sering
terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir bandang dan longsor, munculnya
angin puting beliung, bahkan kekeringan yang mengancam jiwa manusia. Makalah
ini akan membahas Definisi Pengertian Pemanasan Global, Dampak dari Pemanasan
Global, Akibat dari Pemanasan Global, Cara mencengah Pemanasan Global, Mengukur
pemanasan global dan Bencana Besar Yang di akibatkan oleh adanya Pemanasan
Global
Seperti yang telah kita ketahui segala sumber energi
yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut
dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi
ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke
angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi
gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di
permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu
rata-rata bumi terus meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ialah
sebagai berikut :
1. Apa
saja Faktor penyebab masalah global warming ?
2. Bagimana
mekanisme perubahan lingkungan pada global warming?
3. Apa
saja dampak pada kesehatan ?
4. Apa
saja konsep cara pencegahan global warming ?
5. Bagaiman
penanggulangan masalah global warming ?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk
mengetahui faktor penyebab masalah global warming
2. Untuk
mengetahui mekanisme perubahan lingkungan pada global warming
3. Untuk
mengetahui dampak pada kesehatan
4. Untuk
mengetahui konsep cara pencegahan global warming
5. Untuk
mengetahui penanggulangan masalah global warming
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor penyebab masalah global warming
Berikut adalah factor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pemanasan global atau yang lebih dikenal global warming.
1. Efek
Rumah kaca
Segala sumber energi yang
terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut
berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini
tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan
Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali
sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang
ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi
akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida,
sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas
ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi
dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini
terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam
rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer,
semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh
segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi
sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya
telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah
kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi.
Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer,
akan mengakibatkan pemanasan global.
2. Efek umpan balik
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi
objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan
kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek
pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan
sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan
tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian
awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim,
antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara
batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km
untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun
demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan
umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model
yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat. Umpan balik penting
lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika
temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan
kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut,
daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu
siklus yang berkelanjutan.
3. Bocornya
lapisan ozon
Sebelum energi matahari mencapai bumi,energi tersebut
akan difilter terlebih dahulu oleh lapisan ozon yang ada di atmosfer.Tetapi
hasil penelitian menunjukkan telah terjadinya penipisan lapisan ozon.Sudah bisa
ditebak apa akibat yang terjadi jika lapisan ozon ini rusak,atau bahkan bolong.
Salah satu penyebab penipisan ozon ini adalah
meningkatnya pemakaian Chloro Flouro Carbon (CFC).CFC dipakai dalam kehidupan
sehari-hari pada lemari es,air conditioner,bahan pendorong pada
penyembur,pembuat buih,dan sebagai bahan pelarut.
4. Pelepasan
Gas Metan / CH4
Hasil penelitian yang dilakukan baru baru ini di
daerah Siberia , Arktik menunjukan berjuta-juta ton gas rumah kaca metan
dilepaskan. Daratan beku itu mulai mencair dan karbon yang terkurung di
dalamnya mulai bocor keluar dalam bentuk karbon dioksida dan metana, gas rumah
kaca yang mudah terbakar dan 72 kali lebih kuat daripada CO2. Adapun
konsentrasi gas metan di beberapa tempat mencapai hingga 100 kali diatas
normal. Pelepasan gas metan setelahnya mencapai 0.5 megaton per tahun. Kemungkinan
kenaikan gas metan di planet di pengaruhi oleh oleh dua faktor yakni pelepasan
gas metan dari dasar laut dan terlepasnya gas metan dari tanah beku yang
mencair.
5.
Variasi Matahari
Variasi matahri adalah pengaruh penyinaran matahari
pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain.Ada beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kontribusi matahri dalam pemanasan global mungkin telah
diabaikan.Dua ilmuwan dari Duke University mengemukakan bahwa matahari telah
berkontribusi sekitar 45-50% terhadap rata rata suhu bumi dalam rentang periode
tahun 1900 – 2000 , dan 25 – 35% rentang tahun 1980 – 2000.
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi
dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat
memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara
mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya
aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah
diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari
menjadi kontributor utama pemanasan saat ini
6. Penebangan
Hutan
Dengan adanya pembabatan hutan di dunia yang tiap
tahun mencapai 30 juta hektar, jelas turut meperparah keadaan .Hutan yang
selama ini menjadi pelindung bagi berbagai jenis satwa dari ancaman pemanasan
global seharusnya dapat membantu mengurangi pemanasan global .Tapi , dalam
kenyataan di lapangan masalah tersebut sangat akut.Yakni hutan amazon, yang
hamper 70% wilayahnya habis dibabati oleh manusia dalam rangka produksi hasil
daging.Sedangkan di Indonesia itu sendiri, masalah pembabatan hutan tersebut
disebabkan karena pembukaan lahan baru yang bertujuan membuka perkebunan,
keinginan memperoleh penghasilan dari penjualan kayu atau hasil hutan yang jika
dilakukan secara legal memerlukan baiya yang sangat tinggi.Hal tersebut
dipengaruhi karena tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang masih
sangat rendah.
7. Gas
Metana dari peternakan
Dari hasil penelitian di sebutkan bahwa total emisi
gas rumah kaca negara Argentina 30% nya berasal dari hewan . Para peneliti
menemukan bahwa sumber gas metan terbesar berasal dari sapi dan domba yang
sengaja diternakan untuk diambil wol. Pada suatu perhitungan ditemukan bahwa metan
memiliki kekuatan 72 kali lebih besar daripada CO2 selama lebih dari
20 tahun. Kenyatan ini sangat mengejutkan, karena pada dasarnya, jumlah ini
melebihi dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Terlebih lagi sapi sapi
tersebut melepaskan 800 hingga 1000 liter gas setiap hari.
8. Gas metana dari pertanian
Gas metana menempati urutan kedua setelah
karbondioksida yang menjadi penyebab terdinya efek rumah kaca. Gas metana dapat
bersal dari bahan organik yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan
oksigen, misalnya dipersawahan.
9. Alih Fungsi
Lahan dan Pembabatan Hutan
Sumber lain CO2 berasal dari alih fungsi
lahan di mana ia bertanggung jawab sebesar 17.4%. Pohon dan tanaman menyerap
karbon selagi mereka hidup. Ketika pohon atau tanaman membusuk atau dibakar,
sebagian besar karbon yang mereka simpan dilepaskan kembali ke atmosfer.
Pembabatan hutan juga melepaskan karbon yang tersimpan di dalam tanah. Bila
hutan itu tidak segera direboisasi, tanah itu kemudian akan menyerap jauh lebih
sedikit CO2.
10. Transportasi
Sumbangan seluruh sektor transportasi terhadap emisi
gas rumah kaca mencapai 13,1%. Sektor transportasi dapat dibagi menjadi
transportasi darat, laut, udara, dan kereta api. Dari total sumbangan 13,1%
itu, sumbangan terbesar berasal dari transportasi darat (79,5%), disusul
kemudian oleh transportasi udara (13%), transportasi laut (7%), dan terakhir
kereta api (0,5%).
11. Kerusakan
hutan
Keberadaan hutan sebagai paru-paru dunia memiliki
peran yang sangat penting dalam mencegah pemanasan global. Hutan yang lebat dan
subur bisa mengubah karbondoksida menjadi O2 yang merupakan bagian
penting dari hidupnya suatu mahluk. Jadi tumbuhan memang sangat diperlukan.
Tetapi dalam kondisi sekarang ini, sebagian besar hutan di dunia telah rusak
dan telah digantikan oleh kota-kota dengan gedung yang megah.
12.
Polusi Karbondioksida dari pembangkit listrik bahan bakar fosil
Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada
listrik dari pembangkit listrik bahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya
pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer. Sekitar 40% dari polusi
karbondioksida dunia, berasal dari produksi listrik Amerika Serikat. Kebutuhan
ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya, usaha penggunaan energi
alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan. Tetapi, masih banyak dari
kita yang enggan untuk melakukan ini.
13.
Polusi Karbondioksida dari pembakaran bensin untuk transportasi
Sumber polusi karbondioksida lainnya berasal dari
mesin kendaraan bermotor. Apalagi, keadaan semakin diperparah oleh adanya fakta
bahwa permintaan kendaraan bermotor setiap tahunnya terus meningkat seiring
dengan populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat. Sayangnya, semua
peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi dampak.
14.
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan
Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20, penggunaan
pupuk kimia dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini
berbahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari karbondioksida sebagai
perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Akibat lainnya adalah pupuk
kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari sumber-sumber air minum
kita.
2.2 Mekanisme Perubahan Lingkungan

Proses ini diawali
dari cahaya tapak dari matahari sebagian dikembalikan keangkasa dan sebagian
lagi diserap oleh bumi (yang mana pantulan tersebut dikembalikan lagi dalam
wujud radiasi inframerah).
Radiasi matahari tadi
melalui bumi melalui atmosfer,karena semakin banyak radiasi matahari tadi di lapisan atmosfer bumi, sehingga menyebabkan lubang ozon. Kebanyakan dari radiasi matahari diserap oleh permukaan bumi dan
memanaskannya.
Radiasi inframerah dipancarkan oleh
permukaan bumi,Radiasi inframerah yang dipancarkan kembali oleh bumi diserap
oleh CO2 di atmosfer yang kemudian sebagian dipancarkan ke angkasa (a) sebagian
lagi dikembalikan ke atmosfer bumi dan (b) CO2 yang kembali ke atmosfer bumi
itulah yang disebut dengan pemanasan global (global warming).

2.3 Dampak
kesehatan akibat global warming
Pemanasan global selain berakibat buruk bagi kehidupan
dan keseimbangan ekosistem, juga berdampak serius bagi kesehatan umat manusia.
Beberapa dampak serius pemanasan global bagi kesehatan manusia, misalnya
adalah :
Pertama, Penyakit
infeksi
Perubahan iklim berdampak pada munculnya beberapa
jenis penyakit infeksi baru seperti ebola, flu burung, dan beberapa penyakit
hewan yang dapat menular kepada manusia. Penyakit yang paling rentan terjadi di
Indonesia adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat
dengan cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizi kurang baik dan
kondisi kesehatan lingkungan yang kurang memadai. (Dr. Wan Alkadri, Msc.)
Kedua, Penyakit
saluran pernapasan
World Health Organization menyebutkan
akibat lain pemanasan global adalah penyakit saluran pernapasan. Bettina Menne,
anggota WHO divisi Eropa mengatakan, “Gelombang panas menyebabkan jumlah materi
dan debu di udara meningkat,” Suhu udara yang semakin hangat juga membawa
penyakit alergi. Selain itu, banyaknya jumlah kebakaran hutan baik disengaja
ataupun karena panasnya cuaca memperburuk ancaman penyakit saluran pernapasan
ini.
Ketiga, Penyebaran
penyakit DBD dan malaria
Pemanasan global berdampak pada semakin singkatnya
siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk
dewasa. Akibatnya, jumlah populasi nyamuk berkembang sangat cepat. Ini terutama
terjadi di kawasan Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk
adalah penyakit malaria dan demam berdarah dengue (DBD). Kedua penyakit ini
sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Kita sudah
merasakannya langsung ganasnya kedua penyakit tersebut, yakni tingginya angka
korban penderita demam berdarah dan malaria dibeberapa daerah.
Beberapa penyakit
yang diperantarai oleh nyamuk sebagai vektor biasanya peka terhadap
perubahan cuaca (EPSTEIN, 2001; ZELL et al., 2008).
Perubahan iklim yang terkait dengan faktor cuaca, curah hujan, suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi dinamika biologi dan populasi
dari vektor berupa nyamuk yang sebagian siklus
hidupnya berhabitat di dalam air. Suhu yang sangat
ekstrim akan mengurangi populasi nyamuk, misalnya larva Culex annulirostris akan mati pada suhu di bawah 10 oC dan di atas 40 oC (MCMICHAEL dan
WOODRUFF, 2008). Tetapi pada suhu yang meningkat sampai
batas tertentu dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk pengembangan larva, sehingga akan lebih
banyak generasi nyamuk yang dihasilkan pada
satuan waktu yang sama. Dalam hal ini Culex annulirostris umumnya memerlukan waktu 12 – 13 hari dari
periode telur sampai dengan dewasa pada suhu 25 oC, tetapi pada suhu 30 oC hanya memerlukan waktu 9 hari dari telur sampai dengan dewasa (KAY dan
AASKOV, 1989).
Keempat, Penyakit
akibat penipisan lapisan Ozone
Dampak pemanasan global bagi kesehatan juga terjadi
karena pengaruh penipisan ozone seperti meningkatnya intensitas sinar ultra
violet. Intensitas sinar UV yang mencapai permukaan bumi menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya
tahan tubuh, pertumbuhan mutasi genetik, dan memperburuk penyakit-penyakit umum
asma dan alergi
Kelima, Penyakit
yang berhubungan dengan panas
Lebih jauh global warming juga bisa berakibat
terjangkitnya penyakit yang berkaitan dengan panas (heat stroke),
terutama pada lansia dan anak-anak. Suhu yang panas juga bisa menyebabkan
kegagalan sektor pertanian, sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Selanjutnya perubahan iklim dan naiknya permukaan air
laut dapat menyebabkan berbagai bencana alam seperti banjir, badai topan dan
kebakaran. Dan bencana alam hampir selalu disertai dengan migrasi penduduk ke
kantong-kantong pengungsian. Di tempat pengungsian ini sering muncul penyakit,
seperti : diare, gatal-gatal dan penyakit kulit lain, kurang gizi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, dan lain-lain.
Pengaruh perubahan iklim terhadap
kejadian penyakit hewan juga dapat terjadi secara tidak langsung misalnya, terjadinya
banjir sehingga agen penyakit terbawa aliran banjir ke lokasi lain atau vektor
penyakit yang juga sebagai reservoar menyebar ke berbagai lokasi lain atau
pemukiman lain. Hal ini dapat menimbulkan wabah seperti penyakit leptospirosis pada
manusia dimana tikus yang bertindak sebagai reservoar, bakteri Leptospira spp.
akan tersebar ke pemukiman/daerah lain melalui urin tikus dan dapat menginfeksi
manusia atau hewan lain sehingga terjadi wabah penyakit leptospirosis
(KUSMIYATI et al., 2005).
Rata-rata kenaikan muka air laut secara
global setelah dikurangi penurunan tanah, diperkirakan naik antara 8 13 cm pada tahun 2030, antara 17 29 cm pada tahun 2050, dan antara 35 82 cm pada tahun 2100 (IOM, 2008). Wilayah yang
paling rentan terkena dampak tersebut adalah wilayah pesisir karena berbatasan
langsung dengan laut serta wilayah dataran rendah yang berada di sekitarnya.
Ketika permukaan air laut naik melebihi ketinggian daratan, maka air laut akan
menggenangi seluruh daratan tesebut. Kondisi ini akan memperburuk kualitas lingkungan
dan kehidupan masyarakat di sekitarnya (Nila, 2009).
2.4 Konsep cara pencegahan
Berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah Global
Warming
1.
Maksimalkan pencahayaan dari
alam seperti sinar matahari. Gunakan cat warna terang di tembok, gunakan
genteng kaca di plafon, maksimalkan pencahayaan melalui jendela.cara ini sangat
ampuh untuk menghemat penggunaan listrik berlebihan!












13. Tanam
pohon setiap ada kesempatan. Baik di lingkungan ataupun dengan berpartisipasi
dalam program penanaman pohon. Bisa dengan menyumbang bibit, dana, dan
lain-lain. Tergantung kesempatan dan kemampuan Anda sendiri.
2.5 Penanggulangan Masalah Global Warming
Pemanasan global merupakan masalah
multikompleks dan memiliki pengaruh dalam skala yang besar, yaitu mempengaruhi
seluruh aktivitas manusia di dunia. Oleh karena itu, penanggulangan masalah
pemanasan global bukanlah masalah bagi satu negara saja, bukan hanya masalah
bagi Negara-negara industri saja, melainkan masalah bagi seluruh negara di
dunia ini. Maka, sangat diperlukan kesadaran seluruh Negara di dunia untuk
berkolaborasi menanggulangi pemanasan global ini.
Kesadaran dunia akan perlunya kolaborasi
menghadapi peningkatan emisi karbon diwujudkan dalam Conference on Parties
ke-13 United Nations Framework Convention on Climate ( COP ke-13 UNFCC )
tanggal 13 – 14 Desember 2007 di Denpasar, Bali. Indonesia turut berpartisipasi
dalam konferensi ini.
Menjelang diselenggarakannya konferensi
ini, berbagai kontroversi semakin banyak bermunculan dan semakin meningkat.
Kontroversi itu antara lain mengenai rusaknya hutan diklaim sebagai penyabab
utama meningkatnya pemanasan global. Indonesia dan negara-negara berkembang
yang lainnya dalam hal ini berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.
Negara-negara maju terus menyalahkan negara berkembang, khususnya Indonesia,
karena dianggap lalai menjaga kelestarian hutannya. Padahal kerusakan hutan
bukanlah merupakan penyebab utama emisi karbon. Bila dicermati, penyabab utama
terjadinya kejenuhan emisi karbon ini ternyata ada empat.
1. kelistrikan yang menyumbang
42%;
2. transportasi menyumbang
24%;
3. industri menyumbang sebesar
20%;
4. kependudukan serta penggunaan
barang-barang komersial menyumbang 14% bagi emisi global.
Kerusakan hutan di negara-negara berkembang,
khususnya Indonesia dipaksa ikut mempertanggungjawabkan meningkatnya pemanasan
global. Meskipun negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat sebagai
pengemisi karbon terbesar di dunia justru telah lama kehilangan hutannya, mata
dunia hanya tertuju kepada hutan negara berkembang yang dijadikan tumpuan
menyerap karbon buangan negara maju.

Sebagai warga Negara Indonesia, berpendapat
bahwa keputusan-keputusan yang seharusnya ditetapkan dalam konferensi tersebut
antara lain :
1. Menjaga kelestarian pohon dan hutan
Cara yang paling mudah untuk
menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan
menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya,
menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis,
dan menyimpan karbon dalam kayunya (Dinkes Kutai Kertanegara, 2009).
Pemeliharaan
kelestarian hutan bukan hanya dilakukan oleh negara-negara berkembang yang
masih mempunyai hutan saja, melainkan negara-negara maju yang dalam hal ini
merupakan penyumbang emisi karbon terbesar harus turut mengambil bagian
walaupun hutan mereka sudah sedikit atau bahkan habis. Negara-negara maju dapat
mengambil bagian dengan cara bersama-sama negara berkembang mengumpul dana bagi
pemeliharaan, turut serta melakukan riset untuk mempercepat proses reboisasi,
dan mengirim tenaga-tenaga ahli untuk terjun langsung ke daerah yang hutannya
mengalami kerusakan.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan
adalah dengan penanaman sebanyak mungkin pohon, selama ini program
penghijauan telah banyak dilakukan namun belum menampakkan keberhasilan. Hal itu
disebabkan program penghijauan yang dilakukan selama ini masih
mengalami banyak kekurangan. Kekurangan yang teridentifikasi adalah: Pertama: pemilihan waktu yang tidak tepat.
Biasanya penghijauan
dilakukan pada bulan Pebruari setelah bencana banjir dan tanah longsor
terjadi dimana-mana. Padahal musim hujan hampir berakhir, dengan demikian
setelah hujan berakhir tumbuhan mati kekeringan. Kedua: pemilihan tumbuhan tidak memperhatikan kondisi iklim
(ketinggian dan suhu) setempat. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis tumbuhan
sumbangan masyarakat tanpa sebuah kriteria. Ketiga: kegiatan sangat
bersifat ceremonial dan kolosal namun tidak ada jaminan keberlanjutan, sehingga
setelah penanaman tidak pernah ada monitoring (Prihanta, 2006)
2. Berupaya untuk mencari alternative bahan bakar lain yang lebih efisien dan
ramah lingkungan.
3. Mensosialisasikan tatacara penggunaan kendaraan bermotor (khususnya mobil)
dengan seksama. Kalau tidak perlu sekali tidak perlu memakai kendaraan yang
membuang banyak buangan energi tersebut. Sekilas solusi ini berdampak tidak
menguntungkan bagi negara-negara maju, khususnya negara industri kendaraan
bermotor (khususnya mobil), namun keputusan ini agaknya sudah tepat,
negara-negara maju justru harus lebih berinovasi untuk membuat mobil yang ramah
lingkungan.
4. Green Building. Salah satu gagasan yang dianggap dapat mengurangi pemanasan global dan
kerusakan lingkungan adalah green building. Definisi green building menurut
Zigenfus (2008: 9) mengutip definisi dari The United States Environmental
Protection Agency (USEPA) adalah pembangunan struktur bangunan dengan
menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya
yang efisien di seluruh lifecycle bangunan mulai dari penentuan desain, konstruksi,
pemanfaatan, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. (Deka et al, 2014)
5. Mensosialisasikan pada pabrik-pabrik untuk menggunakan bahan-bahan yang
ramah lingkungan dalam menghasilkan barang jadi. Masyarakat pun diminta untuk
memilih dengan seksama barang-barang terutama disarankan untuk membandingkan
dan memilih produk yang paling kecil resikonya terhadap lingkungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Global Warming/Pemanasan global telah menjadi
permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain
diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia
itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras
karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang
sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya. Penanggulangan hal ini
adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah
menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan global hanyalah sejarah
kelam yang pernah menimpa bumi ini.
3.2 Saran
Kita hidup di Bumi bersama seluruh mahluk hidup yang
tak terhitung banyaknya. Mari kita menjaga tempat tinggal kita ini dengan
menjaga kelestariannya. Menanam pohon, hemat air, hemat tenaga yang mengandung
gas adalah sedikit upaya untuk terus menjaga kelestarian bumi kita dan
melindungi lapisan Ozon yang mulai merusak. Ayo kurangi efek Global Warming!
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011. Penanggulangan Pemanasan Global. http://earthhotter2.blogspot.com/2011/05/penanggulangan-pemanasan- global.html. Diakses
Anonim. 2014. Pemanasan
Global. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global. Diakses pada tanggal 15 maret 2014
Ardhyarini, Nila. 2009. Pola Migrasi Masyarakat Kota Semarang sebagai Akibat Perubahan Iklim
Global Jangka Pendek. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro : Semarang.
Bahri, Sjamsul dan T. Syafriati. 2011. Mewaspadai
Munculnya Beberapa Penyakit Hewan Menular Stategis di Indonesia. Vol. 21:1.
Deka et al. 2014. Studi Implementasi Green Building di
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Universitas Sebelas Maret : Surakarta.
Dinkes Kutai Kertanegara, 2009. Global Warming. http://dinkeskutaikartanegara.org/id/artikel.php?subaction=showfull&id=1219973925&archive=&start_from=&ucat=4&.
Kay, B.H. and J.G. Aaskov. 1989. Ross River
virus (epidemic polyarthritis). In: The Arboviruses: Epidemiology and
Ecology, Vol. 4. MONATH, T.P. (Ed.). Boca Raton: CRC Press. pp. 93 – 112.
Kusmiyati,
et al. 2005. Leptospirosis pada Hewan dan
Manusia di Indonesia. Wartazoa 15(4): 213 – 220.
McMichael, A.J. and R.E. Woodruff. 2008. Climate
change and infectious diseases. In the social ecology of infectious diseases
1st Edition. MEYER, K.H. and H.F. PIZER (Eds.). 2008. London. Academic Press Elsevier
pp. 378 – 407.
Prihanti, Wahyu. 2006. “Rehabilitasi Lingkungan Integratif dan Kontinyu”. Makalah Seminar
Regional, Pusal Studi Lingkungan dan Kependudukan Universitas Muhammadiyah :
Malang, Mei 2007.
Prihanta Wahyu. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Global Warming Sebagai
Upaya Menyelamatkan Kehidupan di Bumi. Vol. 14:1. Universitas Muhammadiyah
: Malang.
Ramot M. V.
Sianturi. 2007. Tindakan Penanggulangan Pemanasan
Global. http://kontektekim.blogspot.com/2007/10/tindakan-penanggulangan-pemanasan.html. Diakses pada tanggal 16 maret 2014.
Wawan Nawansta. 2013. Dampak Global Warming. http://dampakglobalwarming.blogspot.com/2013/07/dampakglobalwarmingpenyebab-dan-cara.html. Diakses pada tanggal 15 maret 2014.
thanks sob
ReplyDeletehttp://cbs-bogor.net/
Mari tahan laju pemanasan global dengan menanam pohon. Sekarang semakin menarik karena ada program revolusioner, "MENANAM POHON SEKALIGUS MENDAPATKAN MANFAAT EKONOMOMI DALAM PENANAMAN DAN KAMPANYENYA"
ReplyDeleteCari Tahu caranya di : http://www.greenwarriorindonesia.com