BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia masih juga belum mampu mengatasi tingginya angka
kematian ibu (AKI) yang 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
(AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup. "Itu berarti setiap tahun ada 13.778
kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin, nifas yang
meninggal karena berbagai penyebab," kata Direktur Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan Prof dr Azrul Azwar MPH.Angka kematian bayi baru lahir (neonatal) penurunannya lambat, yaitu 28,2 per 1.000 menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu.
Dari hasil survei (SKRT 2001) diketahui bahwa komplikasi
penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (eklampsia), infeksi, partus lama, dan komplikasi keguguran. Angka
kematian bayi baru lahir terutama disebabkan oleh antara lain infeksi dan berat
bayi lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kondisi kehamilan,
pertolongan persalinan yang aman, dan perawatan bayi baru lahir.
DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per
tahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya
genap 1 tahun. Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari
Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI). "Rata-rata kematian bayi
di Indonesia masih cukup besar. Kewajiban kita semua untuk menguranginya,"
sebut Kepala Sub Direktorat Bina Kesehatan Depkes, Kirana Pri-tasari, kemarin,
di Jakarta.
Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar
Depkes 2007, kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian
terbesar pada tingginya angka kematian balita (AKB). Setiap tahun sekitar 20
bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari
pas-cakelahirannya.
Parahnya, dalam rentang 2002-2007 (data terakhir), angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan. Penyebab kematian terbanyak pada periode ini, menurut Depkes, disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pemapasan atas.
Parahnya, dalam rentang 2002-2007 (data terakhir), angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan. Penyebab kematian terbanyak pada periode ini, menurut Depkes, disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pemapasan atas.
Selaras dengan target pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs), Depkes telah mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata
36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup
pada 2015.
AKB di indonesia termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia. Hal itu tecermin dari perbandingan dengan jumlah AKB di negara tetangga seperti Malaysia yang telah mencapai 10 per 1.000 kelahiran hidup dan Singapura dengan 5 per 1.000 kelahiran hidup.
Kematian balita dan bayi. Pada tahun 1960 angka kematian balita (AKB) masih sangat tinggi yaitu 216 per 1000 kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 menunjukkan terjadinya penurunan AKB hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup pada periode 1998-2002. Rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah sebesar 7 persen per tahun, lebih tinggi dari dekade sebelumnya sebesar 4 persen per tahun.
AKB di indonesia termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia. Hal itu tecermin dari perbandingan dengan jumlah AKB di negara tetangga seperti Malaysia yang telah mencapai 10 per 1.000 kelahiran hidup dan Singapura dengan 5 per 1.000 kelahiran hidup.
Kematian balita dan bayi. Pada tahun 1960 angka kematian balita (AKB) masih sangat tinggi yaitu 216 per 1000 kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 menunjukkan terjadinya penurunan AKB hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup pada periode 1998-2002. Rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah sebesar 7 persen per tahun, lebih tinggi dari dekade sebelumnya sebesar 4 persen per tahun.
Pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai target yang
ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC) yaitu 65 per 1000 kelahiran
hidup.
1.2 Rumusan Masalah
·
Pada
populasi manakah penyebab kematian bayi baru lahir ?
·
Bagaimanakah
cara penanggulangan kematian bayi baru lahir ?
1.3 Tujuan
• Untuk
mengetahui populasi penyebab kematian bayi baru lahir.
• Untuk
mengetahui cara penanggulangan kematian bayi baru lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan
neonatal dan maternal. Tingginya kematian anak pada usia hingga satu tahun,
yaitu sepertiganya terjadi dalam satu bulan pertama setelah kelahiran dan
sekitar 80 persen kematian neonatal ini terjadi pada minggu pertama,
menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir; rendahnya
akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya pada masa
persalinan dan segera sesudahnya; serta perilaku (baik yang bersifat preventif
maupun kuratif) ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang belum mendukung perilaku
hidup bersih dan sehat.
Angka
kematian bayi pada kelompok termiskin adalah 61 per 1.000 kelahiran hidup, jauh
lebih tinggi daripada golongan terkaya sebesar 17 per 1.000 kelahiran hidup.
Penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian balita dan bayi seperti
infeksi saluran pernafasan akut, diare dan tetanus, lebih sering terjadi pada
kelompok miskin. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin ini terutama
disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan karena kendala kendala
biaya (cost barrier), geografis dan transportasi.
Perubahan perilaku merupakan penyebab langsung kematian bayi dan balita sebenarnya relatif dapat ditangani secara mudah, dibandingkan upaya untuk meningkatkan perilaku masyarakat dan keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memperbaiki perilaku keluarga dan masyarakat, terutama perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk upaya mencari pelayanan kesehatan serta memperbaiki akses, memperkuat mutu manajemen terpadu penyakit bayi dan balita, memperbaiki kesehatan lingkungan termasuk air bersih dan sanitasi, pengendalian penyakit menular, dan pemenuhan gizi yang cukup.
Perubahan perilaku merupakan penyebab langsung kematian bayi dan balita sebenarnya relatif dapat ditangani secara mudah, dibandingkan upaya untuk meningkatkan perilaku masyarakat dan keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memperbaiki perilaku keluarga dan masyarakat, terutama perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk upaya mencari pelayanan kesehatan serta memperbaiki akses, memperkuat mutu manajemen terpadu penyakit bayi dan balita, memperbaiki kesehatan lingkungan termasuk air bersih dan sanitasi, pengendalian penyakit menular, dan pemenuhan gizi yang cukup.
2.1 Definisi
Kematian
adalah akhir kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk
hidup pada akhirnya mati secara permanen, baik dari penyebab alami seperti
penyakit atau dari penyebab tidak alami seperti kecelakaan.
Kematian
neonatus(neonatal) yaitu kematian neonatus lahir hidup pada usia gestasi 20
minggu atau lebih. Sedangkan, neonatus lahir hidup adalah salah satu neonatus
yang menunjukkan bukti hidup setelah lahir, bahkan bila hanya sementara
(pernapasan, denyut jantung, gerakan otot volunter, atau pulsasi dalam korda
umbilikalis), dan yang meninggal dalam 28 hari.
Angka Kematian
Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28
hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
RumusØ Dimana:
Angka Kematian Neo-Natal = Angka Kematian Bayi umur 0-<1bulan
∑D 0-<1bulan = Jumlah Kematian Bayi umur 0 - kurang 1 bulan pada satu tahun
tertentu di daerah tertentu.
∑lahir hidup = Jumlah
Kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu
K = 1000
2.2 Penyebab
Sebab kematian pada anak. Tiga penyebab utama kematian bayi
adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare.
Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75% kematian bayi. Pada 2001
pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya,
yaitu karena sebab-sebab perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit
saraf.Pola penyebab utama kematian balita juga hampir sama yaitu penyakit
saluran pernafasan, diare, penyakit syaraf – termasuk meningitis dan
encephalitis – dan tifus.
1. Faktor Ibu
1. Faktor Ibu
a.
Masa
Kehamilan
•
ANC
•
Infeksi ibu hamil : rubela, sifilis, gonorhoe, malaria
•
Gizi ibu hamil
•
Karakteristik ibu hamil : umur, paritas, jarak
b.
Persalinan
•
Partus macet/ lama : letak sunsang, bayi kembar, distocia
•
Tenaga Penolong Kehamilan
2. Faktor Janin
•
Umur 0 – 7 hari : BBLR, Asfiksia
•
Umur 8 – 28 hari : pneumonia, diare, tetanus, sepsis, kelainan kogenital
2.3 Pencegahan
Angka kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan
intervensi lingkungan dan perilaku. Upaya penyehatan lingkungan seperti
penyediaan air minum, fasilitas sanitasi dan higienitas yang memadai, serta
pengendalian pencemaran udara mampu meredam jumlah bayi meninggal. "Untuk
itu pemerintah tidak lelah mengampanyekan pentingnya upaya kesehatan lingkungan
dan perilaku hidup sehat”. Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu
(ASI) dapat menekan AKB. Telah terbukti, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah
13% kematian bayi dan bahkan 19/0 jika dikombinasikan dengan makanan tambahan
bayi setelah usia 6 bulan.
2.4 Cara penanggulangan
Dari
gambaran penyakit penyebab kematian neonatal di Indonesia, dan permasalahan
kesehatan neonatal yang kompleks dimana dipengaruhi oleh faktor medis, sosial
dan budaya (sama dengan permasalahan kesehatan maternal) maka:
1. Bidan di desa atau petugas kesehatan
harus mampu melakukan:
• perawatan terhadap bayi neonatal,
• promosi perawatan bayi neonatal
kepada ibunya, serta
• pertolongan pertama bayi neonatal
yang mengalami gangguan atau sakit.
2. Kepala Puskesmas dan jajarannya
mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan:
• Deteksi dan penanganan bayi
neonatal sakit
• Persalinan yang ditolong/didampingi
oleh tenaga kesehatan
• Pembinaan bidan di desa dan pondok
bersalin di desa
• PONED dengan baik dan lengkap
(obat, infus, alat-alat emergensi)
• Organisasi transportasi untuk kasus
rujukan
3. Kepala Dinkes Dati II dan atau RS
Dati II dan jajarannya mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan:
• Fungsi RS Dati II sebagai PONEK 24
jam
• Sistem yang tertata sehingga
memberi kesempatan kepada keluarga bayi neonatal dari golongan tidak mampu
untuk mendapatkan pelayanan standar, termasuk pertolongan gawat darurat di RS Dati
II dengan biaya terjangkau
• Pelayanan berkualitas yang
berkesinambungan
• Pembinaan teknis profesi kebidanan
untuk bidan yang bekerja Puskesmas/desa melalui pelatihan, penyegaran
pengetahuan dan keterampilan, penanganan kasus rujukan.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan neonatal emergency care di Puskesmas dan RS Dati II.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angka
Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan
atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Sebab kematian pada anak. Tiga penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75% kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena sebab-sebab perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit saraf.Pola penyebab utama kematian balita juga hampir sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare, penyakit syaraf – termasuk meningitis dan encephalitis – dan tifus.
Sebab kematian pada anak. Tiga penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75% kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena sebab-sebab perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit saraf.Pola penyebab utama kematian balita juga hampir sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare, penyakit syaraf – termasuk meningitis dan encephalitis – dan tifus.
Perubahan
perilaku merupakan penyebab langsung kematian bayi dan balita sebenarnya
relatif dapat ditangani secara mudah, dibandingkan upaya untuk meningkatkan
perilaku masyarakat dan keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan
perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat. Tantangan yang dihadapi adalah
bagaimana memperbaiki perilaku keluarga dan masyarakat, terutama perilaku hidup
bersih dan sehat, termasuk upaya mencari pelayanan kesehatan serta memperbaiki
akses, memperkuat mutu manajemen terpadu penyakit bayi dan balita, memperbaiki
kesehatan lingkungan termasuk air bersih dan sanitasi, pengendalian penyakit
menular, dan pemenuhan gizi yang cukup.
3.2 Saran
Meningkatkan
mutu dan pelayanan kesehatan masyarakat baik dari masyarakat menengah keatas
dan khususnya masyarakat menengah ke bawah. Oleh karena itu diharapkan seluruh
elemen masyarakat menyadari tentang status kesehatan ibu dan bayi, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
Yasir,
Muhammad. 2011. Angka Kematian Ibu, Bayi,
dan Balita Indonesia. (http://muhyasir.wordpress.com/2011/11/18/angka-kematian-ibu-bayi-dan-balita-indonesia-2011/,
diakses 18 November 2011)
0 komentar:
Post a Comment